Bisakah aku mengenalmu??

Bisakah aku mengenalmu??
Cerah langit memberikan cemburu pada hujan, saking cerahnya kini tak dapat lagi merasakan dinginnya hujan. ‘Hani’ namanya, kehangatan dari orang-orang terdekat itu harapannya. Dia adalah sahabatku, sebut saja namaku kaira. Berada satu atap dengannya membuatku jauh lebih mengenal dirinya, tapi tak pernah ku dengar tentang keluarganya, bahkan datang untuk menjenguk atau menghadiri rapat dipondokpun tak pernah hadir. Ingin sekali-kali aku bertanya tentang keluarganya tapi kekawatiran akan sikapnya membuatku takut untuk bertanya. Tiap bulannya pondok kami sering melaksanakan pengajian bulanan bagi para wali santri dan biasanya setelah pengajian, keluarga dari masing-masing santripun sering berkumpul dihujroh (kamar) anaknya untuk sekedar berjumpa, mengobati rindu, bercanda bahkan ada yang bawa makanan botram (makan bersama) seperti sedang berpiknik saja. Hehe, tapi tak pernah ku lihat ada sanak keluarga datang menghampiri Hani, bahkan Hanipun jarang berada di hujroh ketika kegiatan bulanan ini berlangsung. Mujapap (tempat jemur pakaian) dilantai 4 adalah tempat yang paling disukai kita berdua dan tempat itu sering dipakai hani ketika ia sendirian.
Bertatapmuka 24 jam, menjadikan solidaritas dan kasih sayang kami semakin menjadi-jadi. Kebersamaan kami dimulai dari hal-hal kecil, seperti belajar bermudatsah, menghapal muhadoroh sampai berlomba-lomba belajar menaklukan hati ustadz, astagfirulloh. Hehe, saking cintanya pada kebersamaan, sampai suatu saat kami pernah mendapat sanksi dari ta’mir masjid gara-gara tidur ketika wirid ba’dza sholat subuh. Aduuh, lapang rojul (laki-laki) akan jadi saksi bisu hukuman kami. hehe  
Singkat cerita, kulihat Hani duduk di mujapap. Ku hampiri dengan teriakan sayang seperti biasanya biasanya “my honeyyyy……..” sapaku sambil ku peluk dari belakang. Betapa kagetnya kulihat dia menangis tersedu-sedu, kupeluk dia lebih erat lagi seakan meyakinkan semua baik-baik aja dan ku biarkan dia menangis. “Apa yang terjadi?? Apakah keluargamu? Apa kamu sakit?” Tanya hatiku, tak bisa ku tahan tangisan ini melihat sahabatku seperti ini, terakhir ku lihat dia menagis seperti ini ketika mengigau karena sakit panas.
Akhirnya hani mulai memecah keheningan, “Ra, liburan ini boleh aku ikut ke tempatmu?” pinta hani. Tangisku pecah mendengar pinta hani sambil ku meyakinkan diri alasan dia menangis pasti karena keluarganya “kapanpun kau mau, rumahku juga rumahmu begitupun keluargaku” jawabku. Tangisnya pun pecah kembali sambil memelukku seraya dia berterimakasih. Aku pun mengerti dengan keadaan seperti ini dan rasa penasaran tentang keluarganya semakin menggunung dalam pikirku. Ku beranikan diri bertanya tentang keluarganya, “Hani semuanya akan baik-baik aja, apapun masalahmu sungguh kaulah penyelesaiannya. Sebenarnya apa yang terjadi?“, “Ra, ini masalah keluargaku. Aku yakin selama ini banyak pertanyaan tentang keluargaku dibenakmu. Aku adalah apa yang tidak diharapkan keluargaku, aku anak yang dilahirkan tanpa seorang ayah namun ku harus tanggung beban dan dosa ini tanpa seorang ibu yang mengakuiku. Nenek adalah tujuanku, namun kini entah kemana ku harus menuju. Membebani oranglain adalah hal yang selalu tak dapat ku hindari.” Penjelasannya. “Ya Allah, tegakah aku tak mengetahui semua ini? Padahal ia disampingku, berhari-hari denganku.” Tanyaku dalam hati. Tak bisa kurangkai kata untuk menenangkannya yang kulakukan hanyalah memeluknya. Dingdong..dingdong.. suara bel bak kilat menyambar, kamipun pergi merapihkan diri untuk masuk kelas selanjutnya. Ku ajak hani seakan tak ada hal yang terjadi,

Nobar dan Jajan sepuasnya itulah tradisi malam akhir akan perpulangan, horee!!!!! Besok pondok jadi terminal, kami mengepak barang masing-masing yang akan dibawa k rumah dan membereskan barang-barang yang akan ditinggalkan dipondok. Malam ini tak bisa kita lewatkan hanya untuk beristirahat aku, hani dan santri yang lainpun saling bermaaf-maafan dan mengisi perpisahan ini dengan hal-hal yang bermakna. Pagipun menyapa, kulihat ayah dan ibu datang menjemputku dan kuajak hani tetap bersama keluargaku. Sampai akhirnya hani dan aku bisa berlibur dan pulang bersama kerumahku, semoga hari-hari kami menyenangkan dan hani mendapatkan penyelesaian atas masalahnya.       

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hujan sebuah peristiwa Presipitasi